Cari Blog Ini

cerita pendek

L I M A

”Asik kali ya, kalau memiliki mata yang bisa melihat menembus serat-serat bahan yang menutupi tubuh manusia.”

Kalimat itu yang selalu terbesit di kepalaku saat aku berusia 5 tahun. Namun apa daya, manusia hanya dikaruniai 5 panca indra, yang masing-masingnya memiliki kemampuan terbatas.

Itu adalah angan-angan masa kecilku. Namun angan itu telah menjadi kenyataan. Sekarang aku adalah orang yang memiliki kemampuan pengelihatan yang tajam, lebih tajam dari makhluk yang diciptakan dengan kemampuan pengelihatan yang super tajam, mungkin lebih tajam puluhan kali lipat dari makhluk itu.

Kisah ini berawal dari limabelas tahun lalu. Aku dengan empat temanku memiliki angan-angan yang memiliki kekuatan super. Kami berlima terdiri dari Bima, Arjuna, Nakula, Sadewa, dan aku sendiri yaitu Yudhistira membentuk kelompok bermain dengan berimajinasi menjadi pahlawan berkekuatan istimewa. Aku berkekuatan istimewa dengan mata yang dapat menembus benda mati. Bima berkhayal memiliki kekuatan indra peraba yang jika disentuhkan kesesuatu maka sesuatu itu akan lemah. Arjuna menginginkan indra perasa/ pengecapnya dapat meluluhkan apa yang terbelai oleh Super Indranya. Nakula yang menginginkan pendengarannya setajam instict burung camar yang dapat merasakan datangnya badai. Sedangkan Sadewa dengan penciumannya yang dapat menentukan keberadaan objek yang ditentukan dari bermil-mil jauhnya.

Kisah itu pun berjalan selayaknya kisah kanak-kanak yang sungguh tak bisa terlupakan. Namun kisah itu selesai setelah keempat sahabat kecilku itu pindah ke berlainan tempat di empat penjuru mata angin, dan aku pun tetap berada di tempat, di bawah cakrawala yang semakin hari semakin memanas dalam dunia yang mengganas.

Lima tahun setelah itu pun datang. Kisah masa indah itu selalu hadir disetiap kenangan yang tersimpan di alam bawah sadar ini.

Sepulang sekolah saat itu, aku seperti biasanya menelusuri tempat aku melangkah menuju tempat yang bernama rumah. Di tengah perjalananku, tersentak semua kenangan masa kecil itu menyerbu tanpa ragu, hingga membuatku sentak tak bergerak. Kawah masa lalu pun tumpah menelusuri semua pikiranku. Dalam lamunanku terdengar suara.

“Tira, Tira, kemari lah, Tira?” Suara itu terus terdengar berulang-ulang hingga menyadarkanku dari lamunanku.

“Gelap, penuh ceceran darah, mayat bertebaran layaknya daun kering yang gugur dari pohonnya. Di mana aku? Di mana aku?” seraya tubuh ini lunglai dan jatuh berjusud ke tanah. Kudukku berdiri seketika dan tulang tak mampu lagi menyanggah kengerian ini.

“Bangkitlah, Tira” Suara itu terdengar berbisik dan tepat berasal dari atas kepalaku yang tertunduk.

Ku coba untuk mengangkat kepalaku. Terlihat sesosok tubuh yang dari ujung kaki hingga helayan rambutnya penuh sukma yang binarnya menyakitkan mata. Ku pandangi air mukanya. Di kibas-kibaskannya rambut yang putih terurai seperti model sampo kecantikan. Namun janggal pada dirinya ada bercak putih yang mengering tepat di pipi kanannya. Kuberanikan untuk bertanya.

“Siapa sebenarnya Anda? Mengapa tahu nama saya?”

“Nama saya Kresna. Panggil saja Ki Ena. Mengapa kamu memandang seperti itu? Ada yang aneh ya?”

“Apa yang ada di pipimu itu? Pak Ki Ena..”

“Udah, Ki kok pake pak sih! Masih tersisa ya bekasnya? Tadi ketiduran jadi ngiler deh. Walau sakti aku ini makhluk seperti kamu juga, tidak ada yang sempurna di dunia ini kecuali yang menciptakannya.” Ucapnya bersamaan dengan menghapus sisa buih mimpinya.

“Lama di udara nich, jadi langsung aja. Aku ini di utus oleh atasan yang cuma bisa memerintah saja untuk memberi kemampuan yang istimewa kepadamu. Yang kamu lihat tadi adalah salah satu kemampuan dari mata saktimu itu. Langsung saya jelaskan saja supaya tidak membuang waktu lebih lama lagi ya. Kamu adalah keturunan kelima dari cucu kelima sang panglima perang yang merupakan salah satu dari lima kesatria yang menjaga satu wilayah dari lima bagian bumi ini, yang sekarang di sebut Asia. Panglima sakti itu memiliki kemampuan menguasai kelima panca indranya yang sangat hebat.

Aku hanya bisa menyimak baik-baik dongeng si kakek tersebut. Kemudian ia kembali bicara.

Menurut email yang dikirim oleh atasanku, sebelum wafat panglima itu membuat wasiat atau lebih tepatnya meminta balas jasa karena telah menjaga wilayahnya dengan baik. Wasiatnya berbunyi: Keturunan kelima dari hasil kelima cucunya itu masing-masing harus diberikan kemampuan dari salah satu lima kemampuan super indranya. Kamu adalah salah satunya.” Kemudian ia melihat jam tangan yang bertabur kristal.

“Sudah dulu ya. Aku masih ada urusan lain. Clientku yang lain sudah tidak sabar-sabar kayaknya karena menunggu lama. Kalau ada yang mau kau tanyakan lagi telpon saja nomor ini, 0855555555555. Jangan lupa ya…!” Kemudian dia pun lenyap bersama asap.

Di sepanjang perjalanan yang ku lihat hanya ceceran darah dimana-mana. Bahkan aku sempat melihat mayat yang ditumpuk-tumpuk hingga menyerupai gunung, tepat di mana jalan yang menurut asal mula penamaan jalannya karena pada masa lalu terjadi pembantaian manusia yang hanya dalam sehari sudah menumpuk mayat-mayat hingga menyerupai gunung.

Usiaku saat itu bertambah lima tahun lagi. Masa kanak-kanak pun telah berganti menjadi masa remaja. Entah mengapa Awal tujuanku memiliki kemampuan itu telah bergeser seratus delapan puluh derajat. Bahkan aku pun telah lupa bagaimana awal aku mendapatkan kemampuan itu. Aku pun mulai terbuai dengan kegilaan masa remaja. Memanfaatkan matanya untuk permainan tebah warna pakaian dalam. Sampai mempercepat libidonya berkembang dengan membaca lekukan-lekukan secara detail seluruh bagian tubuh lawan jenisnya. Aku gunakan untuk menngeruk keuntungan sendiri. Berjudi. Bertaruh.

Aku telah menyalahgunakan jabatan. Menyelewengkan kemampuan. Memperkosa takdir yang telah tersurat.
Lima bulan pun berjalan dengan kegiatan yang sama berulang-ulang. Namun telah berubah menjadi sebuah tindak yang tak santun saat aku bertemu dengan Suyudana. Ia adalah temanku saat di taman kanak-kanak. Ia memiliki sikap dasar yang kasar berperawakan kecil namun segala nafsunya sangat besar meski kami masih kanak-kanak. Di taman kanak-kanak ia selalu mengangkat rok semua teman perempuan di kelas bahkan pendidiknya pun tak luput dari target hobinya itu.

Saat itu pun aku telah membantu menyalurkan hobinya untuk membunuh dan mencuri kesenangan duniawi, dengan cara menjadi spionase bagi tindakannya.

Lima hari berlari tak kenal mati. Seperti biasa seorang ABG yang baru memiliki handphone, takkan bisa menghentikan jarinya yang sedang berdansa. Sedang asiknya surat-suratan singkat dengan wanita pujaan, ada sms masuk dengan nomor yang aneh, nomor 11 dijit dari belakang lima semua. Isinya berbunyi.

“Kamu telah menyimpang, lupa diri karena kesaktianmu. Seharusnya kau itu harus menjadi kesatria di dunia gila ini. Eh, malah menjadi orang yang harusnya diberantas. Karena kelalaianmu itu, kucabut kembali mata saktimu itu. Semoga dengan ini kamu dapat sadar apa yang telah kamu perbuat. With love. Ki Ena_Cute.”

***

“Sampai sekarang. Sampai saat aku bercerita, mataku ini tak mampu melihat sekeliling lagi dan batas telusurnya hanya beberapa jengkal saja dari hadapanku.” Ucapnya pada seseorang di balik telpon yang sedang ku ajak berbicara.

“Kisah yang menarik ya, Esvaner. Terima kasih Tir, telah berbagi kisah tentang pengalamanmu. Selanjutnya aka diperdengarkan lagu yang sedang hits dunia musik Indonesia. D3G Band dengan lagu bebaskan aku yang merupakan lagu yang berada di lima besar tangga musik Indonesia. O, iya. Hanya mengingatkan saja setelah lagu kita lanjutkan kembali kisah berhubungan dengan lima dengan narasumber yang lain. Jadi, tetap bersama Esvana Radio di 55,5 fm Jakarta. D3G Band dengan Bebaskan Aku…..”




Jakarta, 9 Juni 2008

Posting Komentar

mohon diapresiasi..

Copyright © Jemari-Jerami. Designed by OddThemes